Memaknai Kemerdekaan, Sebuah Renungan Filosofis

Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH.,MH.,M.Kn

Hanya menghitung hari, Indonesia akan memasuki usia ke-79 tahun Kemerdekaan. Namun esensi dari kemerdekaan, belum sepenuhnya menyentuh dan dirasakan oleh rakyat, yang sejatinya adalahpewaris kemerdekaan itu sendiri. Sumber daya alam, yang seharusnya dinikmati untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, namun dieksploitasi secara ugal-ugalan dan hanya menguntungkan asing dan sekelompok orang saja.

Tak hanya itu, budaya yang diwariskan nenek moyang kita, yang telah lekat dan tumbuh sejak beratus tahun lalu, perlahan sirna, dan dikhawatirkan lenyap tak bersisa. Anak-anak bangsa sebagai pewaris nilai-nilai luhur budaya, justru mulai lupa dengan budayanya sendiri dan terpengaruh oleh budaya asing, yang mencampuradukkan agama dengan budaya. Bila kita tidak antisipasi dan merekonstruksi kembali pola pikir yang merujuk pada kearifan budaya, lambut laun nusantara akan tinggal kenangan.

Hal ini hendaknya dapat jadi perhatian pemerintah secara khusus baik lewat pendidikan sejak dari TK hingga perguruan tinggi, juga dengan sosialisasi lewat semua saluran yang tersedia diluar dunia pendidikan.

Hal ini harus dilakukan di era perang siber saat ini, karena di era ini sangat mudah pengaruh budaya luar merasuki tatanan kehidupan di semua lini Bangsa Nusantara ini, baik lewat konten tulisan dan konten lainnya dengan menyuguhkan konten sejarah yang tidak sesuai dengan kebenaran sejarah Nusantara. Pentingnya pelestarian budaya menjadi tanggung jawab bersama untuk mewujudkan generasi masa depan yang berbudaya. Dalam budaya terkandung nilai-nilai luhur seperti kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, dan kemampuan yang dapat diperoleh manusia sebagai bagian dari kelompok masyarakat tersebut. Melalui budaya, kita tidak akan salah dalam memahami hidup, karena budaya dibangun untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Pada HUT NKRI ke 79 ini hendaknya dapat menjadi renungan khusus bagi kita semua untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan Bangsa Nusantara yang tetap memahami asal usul leluhurnya serta memahami kebenaran sejarahnya. Hal ini menjadi tugas kita semua agar kita Bangsa Nusantara dapat menjadi Bangsa besar yang bersatu dan berdaulat serta terbebas dari pengaruh budaya Asing yang ingin terus menerus merusak Bangsa ini.

Kita memiliki dasar negara Pancasila, dimana sila-sila yang terkandung dalam Pancasila, digali dari nilai-nilai luhur budaya yang dimiliki bangsa ini.

Prinsip kebersamaan dalam menjaga dan merawat bangsa ini, termaktub dalam Bhineka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kawi Kuno dalam kitab puisi Kakawin Sutasoma, pupuh 139, bait 5 yaitu ‘Bhinêka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa’ yang artinya ‘beragam tapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang rancu.’ Sedangkan untuk bhinneka tunggal ika diartikan yaitu ‘berbeda-beda tapi tetap satu’

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan atau moto nasional bangsa indonesia yang menjadi cermin persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah keberagaman. Semboyan tersebut, tertulis di pita dimana burung Garuda Pancasila mencengkram pita tersebut. Ini harus menjadi rujukan, agar bangsa ini tidak mudah tercerai berai, sehingga kita  mampu berdiri sebagai bangsa yang kuat, bangsa yang memiliki visi besar, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya.

Berikut kutipan sajak dari “kakawin Sutasoma” yang merupakan pupuh 139 bait ke-5 dari kakawin tersebut yang mengandung kalimat “Bhinneka Tunggal Ika”

” Rwneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinneki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ing Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka Tunggal Ika tan hana dharma mangrwa.”

“Konon Buddha dan Siwa merupakan dua dzat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.”

Dari sajak tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kalimat Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan dari kerajaan Majapahit, yang memiliki berbagai macam masyarakat, berdasarkan kepercayaan yang dianut.

Makna dari Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi tetap dalam satu kesatuan, keberagaman dan perbedaan bukanlah untuk pertentangan atau konflik, tetapi harus saling berdampingan dalam sebuah harmoni dan kedamaian. Jangan mencampur adukkan agama dan budaya hanya untuk kepentingan dan komoditas politik sesaat.

Walaupun Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta kepulauan wilayah negara Indonesia yang beraneka ragam, namun keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.

Mari kita selamatkan bangsa ini dari segala macam bentuk ‘teror’ budaya yang akan menghancurkan eksistensi bangsa ini.

*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia

 



Source link

Post Comment