Digitalisasi Dorong Ekonomi Inklusif Usaha ‘Wong Cilik’

Pandemi Covid-19 yang merengut jutaan nyawa nyatanya bak menjadi energi bagi pelaku UMKM untuk semakin go digital.

 

NUSANTARANEWS.co, Jakarta – Digitalisasi telah menjadi kebutuhan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Tidak lagi terbatas di kota besar seperti Jakarta, tren ini kini meluas hingga ke daerah-daerah.

Misalnya, di Jayapura, platform digital juga telah menjadi alat bagi pelaku UMKM kuliner untuk menjangkau pelanggan. Dengan hanya beberapa kali melakukan klik pada gawai dan percakapan singkat melalui aplikasi, sebuah produk bisa sampai di tangan konsumen dalam hitungan menit.

Tidak dipungkiri, peristiwa pandemi Covid-19 telah menjadi berkah bagi pelaku usaha, lantaran para pelakunya berlomba-lomba untuk menjadi go digital. Pemerintah pun mendukungnya, bahkan terus mendorong UMKM di Indonesia untuk masuk dan memanfaatkan digitalisasi.

Data Kementerian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menyebutkan, sebanyak 19 juta UMKM yang bergabung ke berbagai platform digital pada 2022. Target UMKM yang semakin ‘melek’ dengan penggunaan teknologi itu naik menjadi 30 juta pengguna pada 2024.

Gerakan UMKM Go Digital itu menjadi relevan karena itu juga menjadi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia. Pasalnya, melalui gerakan, maka semakin banyak orang yang mengenal dan mencintai produk dalam negeri.

Bagi Kementerian UMKM di era Pemerintah Prabowo Subianto, target 30 juta UMKM Go Digital tetap harus menjadi program prioritas, apalagi program itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hingga pertengahan 2024, baru sekitar 25 juta UMKM yang berhasil memanfaatkan platform digital, jauh dari angka yang diharapkan.

Dampak Digitalisasi

Meskipun target belum tercapai sepenuhnya, dampak digitalisasi terhadap UMKM di Indonesia sangat signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, UMKM menyumbang sekitar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh kemampuan pelaku usaha untuk menjangkau pasar yang lebih luas melalui platform digital. Seorang pelaku usaha kuliner di Jayapura yang ditemui penulis, menceritakan bagaimana penjualannya meningkat hingga 40 persen setelah menggunakan aplikasi pengantaran makanan.

Demikian pula dengan Riana, pemilik bisnis kerajinan tangan asal Bandung. Dia menceritakan dirinya sebelumnya hanya bergantung pada pameran lokal. Namun, setelah mengikuti pelatihan UMKM Go Digital, ia mulai menjual produknya melalui marketplace dan media sosial. Saat ini, produknya telah diekspor ke pelbagai negara seperti Jepang dan Jerman, membuktikan bahwa teknologi digital mampu membuka peluang pasar global.

Teknologi digital tidak hanya membantu UMKM dalam hal pemasaran, melainkan juga meningkatkan daya saing produk lokal. Melalui integrasi dengan platform digital, pelaku usaha dapat memahami tren pasar, mengatur inventaris lebih efisien, sehingga bisa melakukan personalisasi produk sesuai kebutuhan konsumen global.

Meski banyak cerita sukses, tantangan tetap ada. Salah satu kendala utama untuk mendongkrak UMKM Go Digital adalah literasi digital yang masih rendah di beberapa daerah.

Selain itu, infrastruktur internet yang belum merata juga menjadi hambatan bagi UMKM di wilayah terpencil. Permasalahan infrastruktur ini harus segera diselesaikan secara tuntas, apalagi UMKM disebut-sebut sebagai penopang utama perekonomian.

Digitalisasi UMKM adalah langkah penting dalam mendorong ekonomi inklusif di Indonesia. Program seperti UMKM Go Digital telah memberikan dampak positif yang nyata bagi pelaku usaha, meski target 30 juta UMKM go digital pada 2024 masih menjadi tantangan.

Dengan kolaborasi dan inovasi yang terus berlanjut, transformasi digital UMKM diharapkan dapat semakin memperkuat kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional.

Penulis:   Firman Hidranto

[Sumber: Indonesia.go.id]

 



Source link