Tantangan Generasi Z Dalam Mengadapi Era Digitalisasi
Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn
Di era saat ini masyarakat harus bisa mengikuti arus perubahan menuju digitalisasi. Bukan hanya karena terpaksa, tetapi, juga merupakan kebutuhan dalam proses adaptasi terhadap kebiasaan baru.
Dalam menghadapi tantangan ke depan, generasi milenial dan generasi z dituntut memiliki karakter yang mampu beradaptasi tinggi, fleksibel, kreatif, paham teknologi, empati, dan mampu berpikir kritis sebagai modal utama untuk menghadapi era digitalisasi yang bergerak secara dinamis. Bila tidak berhati-hati dan bijak dalam memanfaatkan teknologi digital bisa berakibat tergelincirnya mental maupun perilaku.
Era digital adalah zaman di mana teknologi digital telah merubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Jika kita tidak ikut berubah, bukan hanya ketinggalan, tetapi akan menjadi kesulitan tersendiri. Di sinilah pentingnya literasi dengan mau terus belajar,
Di era digital, di mana informasi mengalir dengan kecepatan cahaya dan interaksi sosial terjadi dengan sekali sentuh layar, lanskap kesehatan mental mengalami transformasi signifikan. Generasi Z, yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, berada di garis depan evolusi ini. Sementara kemajuan teknologi menawarkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya, mereka juga membawa tantangan unik yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental generasi ini.
Abad ke-21 sering disebut sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, karena kehidupan manusia mengalami perubahan yang fundamental dibandingkan dengan abad sebelumnya, era ini di tengarai oleh Gen Z yang saat ini masuk pada tatanan bonus demografi di Indonesia.
Era globalisasi yang masuk pada dunia yang serba digital dengan merubah tatanan pola hidup yang biasa dilakukan dengan manual baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia pendidikan seperti di abad-abad sebelumnya.
Kemudah-kemudahan di era digital ini sangat memudahkan kehidupan manusia di abad 21 seperti melakukan belanja online, belajar secara daring hal ini menjadikan kemudahan bagi kehidupan pada abad ini, seperti di Amerika misalnya juga di jepang era digital ini menjadikan kajuan yang sangat signifikan bagi masyarakatnya
Berbanding terbalik dengan keadaan perubahan era di Indonesia justru perubahan era dari analog ke digital ini tidak menjadi satu perubahan kemajuan bagi tatanan kehidupan di masyarakat nya terutama pada golongan gen z, bahkan era ini tidak mendorong tingkat pendidikan bagi gen ini padahal kemudahan untuk mencari dan mendapat informasi sangat mudah tidak ada lagi batasan ruang dan waktu.
Penggunaan media sosial digital hanya untuk mencari kehidupan instan seperti di Instagram, tiktok dan lainnya, mencari kehidupan instan seperti membuat konten, jualan online bahkan bagi orang-orang sesat media sosial dijadikan sarana penipuan dagang kecil kecilan tetapi jika dinkimulatifkan nilainya sangat besar.
Padahal perubahan era ini jika digunakan untuk dunia pendidikan yang positif seperti mencari informasi tentang materi-materi sekolah atau perkuliahan lebih sangat mudah dibanding pada era analog.
Jika tingkat kesadaran masyarakat dalam penggunaan media sosial di era digital ini belum mengarah untuk pendidikan maka gen z kedepan semakin kalah saing dengan bangsa-bangsa lain, baik di tingkat Asia maupun eropah, karena jika di telusuri masyarakat gen z di era digital ini semakin anjlok tingkat pendidikannya walau hidup sangat mudah dalam mendapatkan informasi.
Tentu keadaan ini butuh kesadaran yang tinggi dari golongan generasi muda saat ini dalam penggunaan digital lebih untuk menempuh dunia pendidikan dari pada mencari kehidupan instan yang tidak memiliki masa depan.
Apapun dukungan yang dilakukan oleh pemerintah jika kesadaran masyarakat di kalangan gen z untuk sadar dalam penggunaan sarana media sosial lebih untuk pendidikan maka pada era Indonesia Emas di 2045 akan semakin rendah tingkat kehidupan generasi ini.
*) Akademisi, Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia