Sambut Natal dan Musim Liburan, Pebisnis Indonesia Ramaikan Holiday Market di Amerika
Gemerlap lampu menyemarakkan alunan musik yang ditampilkan secara live. Inilah suasana meriah yang biasa ditemukan oleh para pengunjung holiday market menjelang musim liburan dan akhir tahun yang banyak bermunculan di berbagai penjuru Amerika Serikat.
Sambil menikmati suasana liburan di penghujung tahun, para pengunjung bisa berbelanja pernak-pernik keperluan natal, dan beragam produk yang cocok untuk dijadikan kado natal atau akhir tahun.
Holiday market pun menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi para pengusaha lokal di Amerika, termasuk para diaspora Indonesia, yang ingin menjual produk, sekaligus mempromosikan usahanya.
Organisasi House of Explore Indonesia atau HEXI di Los Angeles, California, kerap berjualan di holiday market.
Melalui dukungan dari lembaga nirlaba Indonesian Trade Promotion Center di Los Angeles yang berada di bawah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, HEXI bergerak untuk mempromosikan produk-produk hasil usaha kecil menengah di Indonesia, juga hasil karya desainer asal Indonesia yang tinggal di Los Angeles sejak tahun 2018.
“Jadi kebanyakan produk-produk yang kami kurasi dan promosi dan juga bantu jual di pasar Amerika adalah produk-produk lifestyle seperti fashion atau baju-baju,” jelas Melany Lintuuran, pendiri HEXI di Los Angeles kepada VOA.
“Kebanyakan baju-baju perempuan dan baju laki-laki, belum ada produk buat anak-anak, dan kemudian kami juga ada asesoris atau perhiasan, juga tas, scarf, dan sekarang juga sudah ada homegoods, seperti keramik, mugs atau mangkok, piring dan semacamnya,” tambah Melany.
Salah satu usaha kecil di Los Angeles yang berada dibawah naungan HEXI adalah Remain Regular, milik Natalie Madellina yang akrab disapa Madel, seorang diaspora Indonesia.
Remain Regular menawarkan aksesoris seperti anting dan cincin rancangan Madel, yang dibuat oleh pengrajin di Bali dan Solo, dengan harga yang berkisar antara 21 hingga 98 dolar Amerika atau setara dengan sekitar 340 ribu hingga 1,6 juta rupiah. Madel pun mengaku selalu senang setiap kali berjualan di holiday market.
“Kami bisa berinteraksi langsung dengan para pelanggan dan melihat kecocokan mereka dengan merek dan produk kami,” ujar Natalie Madellina kepada VOA.
Menurut Madel, para pelanggan yang datang ke holiday market juga tidak selalu berbelanja hadiah, tetapi banyak juga yang membeli untuk dipakai pada perayaan mendatang.
Jual Ratusan Sabun
Sama seperti Madel, diaspora Indonesia di Orlando, Florida, Vera Massie, yang adalah salah satu pemilik bisnis sabun St. Mist Soap kerap mengikuti holiday market, sejak usahanya berdiri tahun 2020.
Sambil menawarkan sabun-sabun yang ia hargai 7 hingga 8 dolar Amerika atau setara dengan 113 hingga 130 ribu rupiah per batang, Vera berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pelanggan.
“Sebagian besar (pelanggan) mereka beli untuk kado. Plus, mereka juga mau nyetok buat mereka sendiri,” kata Vera Massie kepada VOA.
Vera juga menyediakan sabun-sabun spesial dengan aroma yang bertema musim dingin, yang bertepatan juga dengan musim liburan akhir tahun di Amerika.
“Untuk sekarang ini, kita ada kayak apple cider, cinnamon, pumpkin, sudah gitu ada sandal wood, yang kayak bau-bau forest, bau-bau pine begitu,” tambah Vera.
Tidak hanya sabun, Vera yang juga hobi merajut dengan teknik crochet, kerap menjual boneka-boneka lucu hasil karyanya di Holiday Market, yang dibandrol sekitar 12 hingga 40 dolar Amerika atau setara dengan 194 hingga 650 ribu rupiah per satuan.
Setiap mengikuti Holiday Market, Vera bisa menjual sekitar 150 batang sabun, juga sekitar 30 boneka.
Namun, Vera mengatakan, ada beberapa persyaratan yang harus diikuti untuk bisa berpartisipasi di Holiday Market khususnya di Florida. Salah satunya adalah surat izin berbisnis yang harus dimiliki oleh penjual.
Tidak hanya itu, mereka juga harus melalui seleksi yang ketat, serta membayar biaya pendaftaran dan biaya harian.
“Tergantung dari festival yang mereka adain ya. Kayak yang Sabtu ini yang saya pergi sih not bad, sekali event dia asking 75 dolar. Tapi ya kalau yang besar-besar itu mereka biasanya minta 150 sampai 300 (dolar Amerika) perhari. Belum application fee-nya, kita mesti bayar separate. Application fee-nya itu bukan guarantee kita dapat tempat,” jelas Vera.
Vera menambahkan, festival-festival yang lebih besar otomatis akan meminta bayaran yang lebih besar lagi. Menurut Vera, kuncinya dalam mengikuti Holiday Market adalah untuk melakukan riset pasar di wilayah yang dituju.
“Jadi enggak pernah give up, satu. Kedua, most of the time saya punya kepikiran, OK, saya mau bau ini campur bau ini. Itu kira-kira bagaimana? Cuman, don’t lose hope, jangan takut mencoba,” tegas Vera.
“Kalau kita enggak nyoba, kita enggak tahu, istilahnya begitu. Kalau kita enggak nyoba, kita enggak jalanin, kita enggak akan tahu apa yang bakal terjadi. Kalau memang apa yang kita lakuin enggak jalan, OK, ini challenge, we will make it somehow, pasti ada caranya. Mesti tekun aja and patient dengan apa yang kita lakukan,” tambahnya.
Data terkini dari perusahaan konsultan Simon-Kucher di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pengeluaran konsumen Amerika untuk kado, pakaian, dekorasi, dan sebagainya pada musim liburan tahun 2024 diperkirakan meningkat sebanyak 8 persen dari tahun 2023, yaitu sebesar 1.020 dolar Amerika per rumah tangga atau setara dengan 16.5 juta rupiah. [di/ab]