Menakar Tantangan dan Peluang di 75 Tahun Hubungan Indonesia-Amerika
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Kamala Lakhdir mengatakan yang terpenting dari hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika selama 75 tahun ini, adalah kerjasama yang erat antara masyarakat dari kedua negara. Ia berharap, persahabatan itu akan terjalin lebih erat, khususnya di kalangan generasi muda yang menjadi penentu masa depan kedua negara.
“Dan harapan saya adalah, di masa lalu Amerika dan Indonesia telah bekerja sama di bidang pembangunan dan ekonomi serta kapasitas manusia, dan kita akan melanjutkan itu,” ungkap Lakhdhir di acara Puncak Perayaan 75 Tahun Indonesia-Amerika, di Jakarta, Sabtu (15/12).
Ia menjelaskan banyak perusahaan dari negeri Paman Sam ini yang berminat untuk berinvestasi dan bahkan banyak di antara mereka ingin terus memperluas investasi dan perdagangan di Indonesia. Maka dari itu, ia berharap Indonesia dapat menciptakan iklim bisnis yang lebih kuat, yang bisa menguntungkan kedua negara.
“Banyak sekali sektor yang tentunya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, di mana perusahaan Amerika tertarik untuk berinvestasi. Dan harapan saya bahwa Indonesia ke depan bisa melihat kesempatan ini dan itu akan bisa membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tegas Lakhdhir.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri Umar Hadi menyampaikan potensi tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat. Umar menilai, sebenarnya siapapun yang terpilih pasti akan menawarkan tantangan namun juga peluang.
“Pintar-pintarnya kita. (Indonesia) Kita adalah negara yang cukup kuat, dalam arti kita punya ekonomi stabil, pertumbuhan cukup stabil meskipun belum setinggi yang kita inginkan, juga kita punya masyarakat resiliensinya luar biasa. Bayangkan pada waktu pandemi COVID-19, bangsa kita salah satu yang disebut paling baik tingkat ketahanannya menghadapi itu. Jadi kalau saya terus bersikap optimistis bawah apapun tantangannya, apapun peluang ke depan kita pasti mampu untuk menghadapinya sebagai satu bangsa. Tapi, jangan lupa kerja sama dengan negara-negara lain,” ungkap Umar.
Diakuinya, hubungan diplomatik antar kedua negara selama 75 tahun ini mengalami pasang surut. Namun ia menekankan sebagai bangsa yang cukup dewasa, keduanya mampu mengatasi berbagai tantangan tersebut.
Umar juga menyoroti tema peringatan dari 75 tahun hubungan Indonesia-Amerika kali ini, yakni diversity (keragaman), democracy (demokrasi) dan prosperity (kemakmuran). Menurutnya, Indonesia dan Amerika memiliki kesamaan dalam tiga tema tersebut. Maka dari itu Umar yakin kesamaan ini akan bisa menjadi modal bagi kedua negara untuk menjalin hubungan yang lebih baik lagi untuk 75 tahun ke depan.
Perayaan hubungan diplomatik ke-75 tahun Indonesia-Amerika pada tahun ini dirayakan sepanjang tahun baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat.
“Jadi setiap bulan, ada saja acara kita bikin baik itu di Jakarta maupun di Washington DC maupun di konsulat jenderal kita yang ada di LA, New York, San Francisco dan Houston. Jadi kita selenggarakan berbagai macam kegiatan, bentuknya macam-macam ada seminar, pameran batik, pemutaran film dan sebagainya. Ada juga peluncuran perangko,” jelas Umar.
Sementara itu, Dubes Lakhdir mengatakan perayaan puncak hubungan 75 tahun Indonesia-Amerika pada 14 Desember, di Jakarta ini menawarkan suguhan penampilan musisi ternama dari tanah air seperti Maliq & d’Essentials, Vidi Aldiano, serta penyanyi muda berbakat yang merupakan finalis dari American Got Talent Putri Ariani.
“Acara ini menawarkan banyak makanan dan musik dari Amerika, kemudian perusahaan-perusahaan Amerika yang ada di Indonesia, dan kita juga menunjukkan peluang-peluang untuk bisa berkunjung ke Amerika Serikat untuk bisa belajar dan berkunjung ke Amerika Serikat,” tambah Lakhdhir.
Sebelumnya pada pekan lalu, Kedutaan Besar Amerika Serikat menggelar gala orkestra di Aula Simfonia di Jakarta sebagai bagian dari perayaan 75 tahun hubungan bilateral Amerika Serikat-Indonesia.
Acara yang bertajuk “U.S.-Indonesia Gala 75” ini menampilkan musisi ternama dari kedua negara, termasuk Grup Selo asal Amerika Serikat Empire Wild dan pianis peraih nominasi Grammy Joey Alexander, yang memainkan “Bengawan Solo” sebagai salah satu lagu pilihan.
Melalui konser orkestra ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat ingin menggambarkan bahwa musik, sebagai bahasa universal, mampu mempererat koneksi emosional dan memperdalam pemahaman lintas budaya. Acara ini tidak hanya merayakan sejarah panjang hubungan kedua negara, tetapi juga menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat persahabatan yang lebih inklusif dan harmonis di masa depan.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran (Unpad) Teuku Rezasyah menilai hubungan diplomatik Indonesia-Amerika selama 75 tahun terakhir diwarnai pasang surut. Meski begitu, Reza menyarankan kepada pemerintah Indonesia untuk tetap menyeimbangkan hubungan Indonesia baik dengan Amerika maupun dengan China.
Pasalnya kedua negara besar tersebut mempunyai keunggulan masing-masing di mana China unggul dalam perekonomian, sedangkan Amerika unggul dalam tataran geo politik.
“Karena itu kita perlu memelihara suatu situasi yang namanya semi alignment dengan Amerika Serikat. Jadi disebut sekutu bukan, tetapi dari semi naik menjadi sekutu itu mudah. Tinggal tergantung presidennya saja menjadikannya kapan dan seperti apa,” ungkap Reza.
Ia menilai selama ini, hubungan Indonesia dengan Amerika lebih kuat pada tataran kerja sama pertahanan dan keamanan. Sedangkan untuk kerja sama ekonomi dan investasi, lebih banyak dilakukan dengan China.
“Padahal Amerika memiliki kapasitas yang sangat tinggi misalnya di bidang transfer teknologi, advanced science, kerja sama ekonomi yang tinggi, kerja sama ekonomi terbarukan, yang mana Amerika jauh lebih unggul dari China, cuma Amerika kurang aktif membangun kerja sama di bidang ekonomi sama Indonesia. Padahal Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN, 40 persen penduduk ASEAN, 45 persen ekonomi ASEAN itu di Indonesia,” jelasnya.
Maka dari itu, Reza menilai sudah waktunya pemerintah Indonesia lebih aktif untuk membangun kerja sama ekonomi dengan negeri Paman Sam itu, meskipun pada akhirnya kemungkinan akan menyita perhatian dari pihak China.
“Jadi untuk itu mohon Pak Prabowo beserta timnya menjajaki dengan sangat hati-hati sehingga tidak terkesan we are moving from the very good friend of China, to another kind of align itu tidak boleh terlihat seperti itu. Ya kita kerja sama di bidang defends and security jalan terus, tapi begitu masuk ke ekonomi mohon dilakukan dengan sangat sistematis,” pungkasnya. [gi/ab]