Hati Hati Propaganda Oknum Habib, Kemuliaan Diperoleh Bukan dari Garis Keturunan Tapi Lewat Perbuatan Baik
Catatan: Dr. Suriyanto Pd, SH,MH,M.Kn
Dewasa ini di Indonesia kelompok yang disebut habib ada yang mengklaim atau diklaim keturunan Nabi. Habib tersebut seolah tidak boleh dikritik. Mengkritiknya dianggap menistakan keturunan Nabi. Siapa yang mengkritik atau menghinanya bakal kualat
Para pengikut memuji dan memuja sang habib. Para pengikut, pemuja, dan pemuji bahkan memaklumi ucapan-ucapan kasar yang tidak pantas diucapkan keturunan Nabi yang selayaknya berakhlak luhur. Para pemuja tak hanya mengelu-elukan sosok sang habib, tetapi juga fotonya yang terpampang di baliho.
Menurut tokoh Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif pemujaan berlebihan kepada yang mengaku keturunan Nabi semacam itu sebagai perbudakan spiritual.
‘Bagi saya, mendewa-dewakan mereka yang mengaku keturunan Nabi adalah bentuk perbudakan spiritual’, tulis Ahmad Syafii Maarif dalam akun Twitter-nya pada 22 November 2020. ‘Gelar habib, dan 1.001 gelar lain yang mengaku keturunan Nabi, atau keturunan raja, hulubalang/keturunan bajak laut, sultan, dianggap suci oleh sebagian orang akan runtuh berkeping berhadapan dengan penegasan ayat Alquran,’ sambung Buya Syafii.
Menurut ulama, semua manusia setara di hadapan Sang Pencipta. Mereka percaya kemuliaan bukan diperoleh melalui garis keturunan, melainkan lewat perbuatan baik.
Indonesia, negeri yang kaya akan keberagaman budaya dan alamnya, memiliki jejak sejarah yang panjang dan penuh warna. Sebagai salah satu negara dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, Indonesia telah menjadi tempat berkembangnya berbagai peradaban dan budaya sejak zaman prasejarah. Dari masa prasejarah hingga masa kini, jejak sejarah Indonesia mencerminkan perjalanan panjang bangsa ini dalam mencapai kedaulatan dan kemajuan.
Sejarah Indonesia dimulai jauh sebelum catatan tertulis ada. Pada zaman prasejarah, kepulauan Nusantara telah menjadi tempat tinggal bagi berbagai suku bangsa yang hidup dari berburu, meramu, dan bertani. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia, nenek moyang kita telah menghuni wilayah Indonesia sejak lebih dari 1,6 juta tahun yang lalu.
Iroisnya yang terjadi saat ini, terjadi pengaburan sejarah leluhur pribumi, agar pribumi beralih ajaran-ajaran kaum magriti, agar pribumi bodoh yang akhirnya lupa jejak leluhur nenek moyangnya sendiri.
Namun, derasnya perkembangan zaman membuat beberapa generasi masa kini enggan peduli dan terkesan abai dengan nasihat yang kerap diberikan oleh kakek nenek atau orang tua.
Fenomena ini tak boleh dibiarkan terus berlarut-larut. Kita harus sadar bahwa ada yang salah dengan bangsa ini dan kita harus segera memperbaikinya. Kalau ini dibiarkan tentu dampaknya akan semakin buruk bagi nasib bangsa ini. Bayangkan saja, di saat bangsa lain bersatu untuk memajukan negaranya, kita masih berkelahi antarkita sendiri.
Hal ini layaknya harus jadi pandangan berharga bagi umat Islam Nusantara untuk lebih mengetahui sejarah leluhur Bangsa Nusantara tempat tumpah darahnya.
Ayo kita harus terbangun dari ”mimpi” buruk ini. Perjalanan bangsa ini sudah jauh keluar jalur dari apa yang dicita-citakan founding fathers kita. Pancasila yang merupakan dasar negara sudah banyak dilanggar dan ditinggalkan.
Pemahaman akan ”ada yang salah pada bangsa ini” sangat penting untuk disadari seluruh komponen bangsa. Tanpa ada kesamaan persepsi seperti itu, sulit bagi negara ini untuk bergerak maju. Karena itu, untuk memulainya, tentu harus ada upaya nyata dari bangsa ini. Salah satunya para elite harus mulai sadar dan segera mengakhiri konflik untuk kepentingan Indonesia. Hanya dengan keteladanan, bangsa ini bisa bangkit. Sudah saatnya kita bersatu dan menyamakan persepsi demi kemajuan, kemakmuran, dan kejayaan Indonesia. Tanpa persatuan dan kebersamaan seluruh komponen, mustahil bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar.