Xi Jinping: China-Jepang adalah mitra, bukan ancaman satu sama lain
Jumat (15/11).
“China bersedia bekerja sama dengan Jepang, sesuai dengan prinsip dan arahan yang ditetapkan dalam empat dokumen politik antara China dan Jepang serta mematuhi konsensus penting bahwa China dan Jepang adalah ‘mitra kerja sama’ dan ‘tidak menimbulkan ancaman satu sama lain’,” kata Presiden Xi.
PM Shigeru sendiri baru terpilih kembali sebagai PM ke-103 Jepang pada Senin (11/11). Ishiba terpilih sebagai perdana menteri Jepang pertama kali pada 27 Oktober 2024 setelah partainya memenangkan pemilu pada September 2024.
“Saat ini, situasi internasional dan regional saling terkait dan rentan terjadi kekacauan, dan hubungan China-Jepang berada dalam periode kritis akan adanya perbaikan relasi. China dan Jepang adalah tetangga dekat dan keduanya merupakan negara penting di Asia dan dunia,” Presiden Xi, sebagaimana termuat dalam laman Kementerian Luar Negeri China.
China dan Jepang, ungkap Presiden Xi, perlu bekerja sama secara komprehensif untuk mempromosikan hubungan strategis yang saling menguntungkan, konstruktif dan stabil.
“Perkembangan China merupakan peluang bagi dunia, terutama bagi negara tetangga seperti Jepang. Jepang diharapkan akan bekerja sama dengan China untuk membangun saling pengertian yang benar, memahami arah hubungan bilateral yang tepat dan menyeluruh, mewujudkan konsensus politik yang penting dan menghadapi sejarah secara jujur,” katanya.
Presiden Xi juga berharap agar China dan Jepang dapat menangani dengan isu-isu strategis dengan baik termasuk mengenai Taiwan, mengelola perbedaan secara konstruktif dan menjaga landasan politik dalam hubungan bilateral.
“Kedua negara harus memperdalam dan memperluas pertukaran antarmasyarakat dan meningkatkan saling pengertian antara masyarakat, khususnya generasi muda,” kata Presiden Xi menambahkan.
Kepentingan ekonomi maupun rantai pasok China dan Jepang saling terkait erat sehingga diharapkan kedua negara harus mematuhi kesepakatan kerja sama yang saling menguntungkan dan menjaga stabilitas serta kelancaran sistem perdagangan bebas serta rantai produksi dan pasokan global.
Sementara itu, PM Shigeru Ishiba mengatakan bahwa Jepang dan China bertanggung jawab atas perdamaian dan kemakmuran kawasan.
“Kedua negara bekerja sama untuk secara komprehensif mempromosikan hubungan strategis dan saling menguntungkan Jepang-China, serta membangun hubungan yang konstruktif dan stabil,” kata PM Ishiba.
Mengenai masalah Taiwan, PM Ishiba mengatakan posisi Jepang dalam mematuhi Pernyataan Bersama Jepang-China tahun 1972. Jepang juga berpegang pada prinsip-prinsip dan konsensus yang ditetapkan dalam empat dokumen politik antara Jepang dan China.
“Jepang menganut jalur pembangunan damai, dan bersedia melakukan dialog jujur di semua tingkatan dengan China dalam semangat menghormati sejarah dan menyongsong masa depan untuk meningkatkan saling pengertian dan rasa percaya,” ungkap PM Ishiba.
Kerja sama ekonomi Jepang-China juga memiliki potensi yang sangat besar.
“Jepang tidak berniat untuk ‘memisahkan dan memutus hubungan’ dengan China. Jepang berharap kedua negara dapat memperkuat pertukaran antarmasyarakat dan budaya serta mendorong kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi dan perdagangan, pembangunan ramah lingkungan, perawatan medis dan layanan kesehatan,” katanya menambahkan.
Jepang dan China juga sepakat untuk mempertahankan pertukaran komunikasi di tingkat pejabat tinggi, memanfaatkan mekanisme dialog tingkat tinggi di bidang ekonomi, budaya dan bidang lainnya, serta menerjemahkan konsensus yang dicapai mengenai masalah pembuangan air terkontaminasi limbah nuklir PLTN Fukushima ke laut.
Hadir juga dalam pertemuan tersebut Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Anggota Politbiro Komite Sentral Partai Komunis China (PKC) Cai Qi.
Baca juga: China harap pemerintahan baru Jepang bangun hubungan konstruktif
Baca juga: China dan Jepang gelar dialog politik tingkat tinggi di Beijing
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024