BI buat strategi kejar ekonomi Bali tumbuh 5,8 persen 2025



Denpasar (ANTARA) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali memetakan empat strategi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata yang diperkirakan menembus kisaran 5,0-5,8 persen pada 2025.

“Strategi itu yakni memperkuat sektor padat karya, pengendalian inflasi, perluasan pembiayaan pembangunan dan digitalisasi,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Gusti Agung Diah Utari di Denpasar, Bali, Sabtu.

Ia memaparkan ada tiga sektor padat karya di Bali yang berperan menggenjot ekonomi yakni pariwisata, pertanian termasuk perikanan dan sektor industri.

Pariwisata berbasis budaya dan kearifan lokal masih menjadi landasan penting pengembangan Bali sebagai destinasi wisata dunia melalui pemerataan pariwisata dan peningkatan indeks pariwisata berkualitas.

Kemudian melalui promosi desa wisata dan UMKM penunjang pariwisata serta digitalisasi sektor pariwisata.

Di sektor pertanian, lanjut dia, dilakukan melalui peningkatan produktivitas pertanian, kapasitas UMKM dan memperkuat kelembagaan UMKM pertanian.

Baca juga: BI ungkap sinyal penghasilan warga Bali naik

Sedangkan di sektor industri yakni sentra industri kecil menengah berbasis agro dan ekonomi kreatif di antaranya dengan membina UMKM untuk memperluas hilirisasi pangan dan industri kreatif khas Bali.

Strategi kedua yakni pengendalian inflasi melalui kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk menciptakan ekosistem ketahanan pangan produk lokal hulu-hilir dengan melibatkan Perumda Pangan, efisiensi distribusi pangan, akselerasi pembangunan pasar induk dan penguatan data neraca pangan.

Diah menjelaskan strategi ketiga yakni memperluas pembiayaan pembangunan di antaranya melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) kepada perbankan untuk pembiayaan sektor prioritas termasuk UMKM.

KLM merupakan pengurangan kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM) di Bank Indonesia bagi perbankan yang rajin menyalurkan kredit sektor prioritas salah satunya padat karya.

Ada pun besaran GWM saat ini mencapai sembilan persen dari dana pihak ketiga (DPK) yang wajib ditempatkan perbankan di Bank Indonesia.

Insentif berupa pengurangan GWM diberikan hingga maksimal empat persen apabila kredit disalurkan ke sektor tertentu di antaranya padat karya dan UMKM.

Baca juga: BI utamakan ekonomi hijau berpeluang dongkrak UMKM di Bali

Selain KLM, pembiayaan investasi di luar APBN dan APBD perlu ditingkatkan melalui peran unit relasi investasi regional (RIRU).

Strategi terakhir yakni dengan kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat perluasan digitalisasi sistem pembayaran dan perlindungan konsumen.

Selain itu, didukung promosi perdagangan, investasi dan promosi pariwisata.

Sementara itu, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024, perwakilan bank sentral di Bali itu memproyeksi ekonomi Bali tahun ini tetap kuat dengan outlook diperkirakan mencapai 5,1-5,9 persen.

 

 

 



Source link