Perusahaan China kelola sampah di Bali masih penjajakan
Ia di Denpasar, Senin, mengatakan pertemuan pada awal September 2024 yang membahas rencana perusahaan tersebut mengelola limbah sampah di Bali dengan nilai investasi mencapai 225 dolar AS itu baru pendekatan.
“Baru mempelajari potensi-potensinya, kan tidak bisa langsung investasi gitu ya, mereka pasti cek lokasi dan volume sampahnya, baru penjajakan saja,” kata Dewa Indra.
Selain itu, apabila perusahaan China tersebut setuju mengelola masalah sampah di Pulau Dewata, Pemprov Bali harus memberi persetujuan terlebih dahulu mengenai teknologi yang digunakan.
Baca juga: Pemkot Denpasar serahkan 43 unit motor cikar atasi sampah
“Macam-macam teknologi pengolahan sampah itu, mereka masih melakukan cek lapangan, apalagi ini untuk pengelolaan sampah seluruh Bali, itu tadi pentingnya dia melakukan studi,” ujarnya.
Ia menyampaikan terbukanya Pemprov Bali dengan niat-niat perusahaan membantu mengelola sampah ini tidak lain karena ingin mendorong agar TPA Suwung segera ditutup.
Saat ini salah satu tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Bali tepatnya Denpasar ditutup sementara sebab pemerintah kota berhenti bekerja sama dengan pengelola sebelumnya.
Sembari pemerintah kota mencari pihak ketiga, pemerintah tetap mencari solusi agar TPA Suwung tidak melulu bertambah beban dalam menampung sampah.
“Yang jelas semua rencana pengelolaan sampah arahnya jelas kalau bisa agar TPA Suwung diberhentikan, sehingga harus dicari teknologinya seperti apa, investasinya seperti apa,” ucapnya.
Baca juga: Pemkot Denpasar gelar aksi bersih-bersih di Kawasan Pantai Mertasari Sanur
Pemprov Bali berkeinginan agar perusahaan yang mengelola sampah di Pulau Dewata memiliki teknologi yang moderen sehingga mampu secara optimal menyerap produksi sampah di Bali.
Perusahaan China yang terbaru menyatakan bahwa pada tahap awal mereka mampu memproses 1.500 ton sampah per hari, pada tahap kedua ditingkatkan menjadi 750 ton per hari, dengan total kapasitas mencapai 2.250 ton per hari.