Melaka Red Square Bangunan Bercat Merah
Laporan : Suherman Amin Bireuen Aceh
NUSANTARANEWS. co. Melaka – Prosesi perjalanan Wisata Tour Dua wartawan Anggota PWRI Kabupaten Bireuen 11 – 17 September 2024 yaitu Drs H Suherman Amin dan Drs H Faizin, M. Pd ketiga negara Asean ( Malaysia, Singapore dan Thailand) alhamdulilah tidak ada kendala dan telah tiba kembali ke tanah air.
Perjalanan bersama Tour Rini Leader PT Banawa Travel Jakarta, bergabung rekan -rekan dari Kalimantan Selatan, Bali, Surabaya, Blitar, Semarang, Jakarta, Bogor, Bandung, dan Palembang yang didampingi dan dipandu Ririn Banawa Travel, Guide Singapure Jhomson, Kak June Malaysia, Edward Thailand.
Aduhai,perjalanan yang Wow..mengasyikkan dan banyak tempat wisata yang dikunjungi baik di Malaysia, Singapure dan Thailand dan berlama di Melaka Malaysia yang merupakan kota penuh sejarah Kota Melaka Red Square Bangunan Bercat Merah
Menurut Kak June Guide dari Malaysia menyebut, Melaka kota bersejarah dan budaya dibangun pada 1650 dan bekas situs pemerintah Belanda yang memiliki menara jam dan pameran sejarah daerah dengan lokasinya Jalan Gereja, Banda Hilir, 75000 Melaka, Malaysia
Disebutkan Kak June ,siapa saja para wisatawan yang berlibur ke Malaysia, berkunjung dan berfoto di sini dan sudah jadi destinasi yang tidak boleh terlewatkan konon lagi kota penuh sejarah.
Mengapa Kawasan ini disebut Red Square ( Rumah merah) karena ada banyak gedung-gedung berwarna merah di tempat ini yang membuatnya terlihat menarik dan unik.
Selain itu, bangunan- bangunan tersebut adalah bekas peninggalan Belanda sehingga sudah pasti kental akan sejarah apalagi terdapat tiga bangunan yang jadi ikon kota Melaka, yaitu Christ Church, sebuah bangunan gereja yang sudah berdiri sejak 1753.
Clock Tower dan Stadthuys .
Ketiga bangunan ini dulunya digunakan oleh pemerintahan Belanda, khususnya Stadthuys untuk tempat tinggal dan kantor bagi gubernur Belanda dan saat ini Stadthuys difungsikan sebagai museum sejarah dan etnografi yang berisikan berbagai macam koleksi pakaian pengantin tradisional bangsa Cina India, Portugis, Inggris, dan Malaysia.
Museum ini menjadi bukti saksi sejarah kota Melaka 600 tahun silam.
Dan kegiatan yang dilakukan di Red Square Melaka yakni berfoto- foto dengan latar belakang mengabadikan bangunan-bangunan merah dan berfoto di depan ikon tulisan ” I Love Melaka”.
Sementara Ririn menyebut, sangat menarik menginjakkan kaki di Red Square Melaka atau rumah merah ada Bangunan tua Chist Church ( Gereja Katedral tahun 1753 ), Clock Tower dan Stadthuys ( Balai Kota ) tempat tinggal Gubernur Belanda yang sekarang sebagai Musium Sejarah dan Etnografi yang dijadikan Musium koleksi pakaian pengantin tradisional negara Portugis, Inggres, Belanda, Cina, India dan Melayu.
Ditambahkan Ririn dan Kak June bahwa selain karena ada banyak gedung-gedung berwarna merah dan di tempat ini yang membuatnya terlihat menarik dan unik juga ada cerita bahwa warga setempat yang benci kepada Kolonial Belanda, maka setiap makan sirih, air sirih merah diludah pada dinding bangunan terlihat setiap sisi kiri, kanan dan belakang bercak merah.
Gubernur Jenderal Kolonial Belanda sangat kesal dengan bercak air sirih merah pada dinding bangunan Chist Church, Clic Tower dan Stadthhuys.
Akhirnya Kolonial Belanda memerintahkan agar semua bangunan tersebut di Cat Merah di kala itu, akan tetapi sampai sekarang terus direnovasi cat merah maka tersebutlah Red Square atau Rumah Merah Melaka