Rektor Unhas jadi pembicara perdamaian di Universitas Hiroshima
Prof Jamaluddin Jompa (JJ) merupakan satu-satunya rektor dari Indonesia yang diundang untuk mendiskusikan langkah strategis dalam mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Prof JJ dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Makassar, Selasa, menekankan pentingnya prinsip kesetaraan dalam berdialog sebagai prinsip dasar yang menempatkan manusia di posisi yang sejajar dalam hak dan kewajiban untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Selain itu, Prof JJ memberi penekanan khusus terhadap peran universitas dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan berjiwa toleran.
Ia menjelaskan, Unhas telah membantu lebih dari 50 mahasiswa di berbagai negara yang sedang berkonflik dan berperang seperti Palestina, Sudan dan beberapa negara di Afrika. Unhas akan terus berkontribusi dalam riset unggulan, inovasi dan partisipasi langsung dalam memajukan perdamaian dunia.
Unhas, kata dia, setiap tahunnya akan meningkatkan program pertukaran mahasiswa di seluruh dunia dan terus memberi peluang dari berbagai negara berkembang untuk berkesempatan kuliah dan melakukan kerjasama riset di Unhas.
Di bagian akhir pidatonya, Prof JJ mengemukakan keterkaitan antara nilai “Siri na Pacce” dengan nilai “Wa” dan “Ganbaru” di masyarakat Jepang.
Nilai-nilai tersebut yang menekankan pada pentingnya rasa simpati, empati, ketekunan, dan kesederajatan adalah fondasi utama dalam menciptakan kesepahaman bersama dalam menciptakan keteraturan dan perdamaian. Semangat “Siri na Pacce” merupakan nilai yang menjaga kesewenang-wenangan dan kezaliman.
Ia juga menjadi penyeimbang yang mencegah yang kuat menindas yang lemah. Apabila nilai-nilai ini diterapkan secara konsisten, maka bibit perdamaian, harmoni dan keteraturan sosial menjadi sangat mungkin direalisasikan.
Sementara Rektor Universitas Hiroshima Prof Mitsuo Ochi, dalam sambutannya menegaskan urgensi bagi universitas di seluruh dunia untuk memfokuskan riset dan inovasi dalam mewujudkan perdamaian dunia yang langgeng.
Menurut dia, investasi dalam pembangunan sumber daya manusia adalah keharusan bagi universitas untuk melahirkan generasi muda yang toleran dan anti kekerasan.
Saat ini, lanjutnya, dunia masih dihantui oleh konflik antara Rusia dan Ukraina dan Israel dan Palestina. Tidak menutup kemungkinan perang dunia akan meletus ketika pihak yang berperang berhasil memprovokasi pihak lainnya yang sebelumnya netral.
Ia mengingatkan masih tersisa puluhan ribu hulu ledak nuklir yang ada di dunia dan berpotensi melahirkan perang nuklir yang jauh lebih dahsyat dari ledakan di Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945.
Untuk itu, Prof Ochi mengajak rektor di seluruh dunia untuk terus-menerus berkolaborasi dalam menciptakan tatanan dunia yang damai dan berkeadilan.
Baca juga: Menlu sebut pengesahan RUU TPNW dukung perdamaian internasional
Baca juga: Menlu RI: penghapusan total senjata nuklir untuk perdamaian, keamanan
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Post Comment