Mengapa Pariwisata Indonesia Tertinggal Jauh dari Singapura?

Alam indah dan menantang, serta keunikan budaya menjadikan Indonesia berada di peringkat ke 22 dalam Indeks Kinerja Pariwisata Dunia. Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia berada di peringkat keenam. Tetapi dari sudut jumlah wisatawan, Singapura tetap jauh berada di atas Indonesia, terutama wisatawan asal China. Hingga pertengahan tahun ini saja, lebih dari 1,4 juta wisatawan China telah datang ke Singapura. Apa yang membuat Singapura lebih menggoda?

VOA – Baru-baru ini beredar luas sebuah video di media sosial yang memperlihatkan seorang ibu asal Pekanbaru mengungkapkan mengapa ia cenderung berlibur atau berakhir pekan di Singapura ketimbang Jakarta. Ia mengungkapkan berbagai hal yang dapat dilakukannya dengan mudah, murah dan nge-trend di Singapura, dibanding kota besar seperti Jakarta.

Azril Azhari, Pengamat Pariwisata. (Foto: pribadi)

Azril Azhari, Pengamat Pariwisata. (Foto: pribadi)

Pengamat pariwisata yang juga pengajar di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta, Prof. Azril Azhari, mengatakan kepada VOA, sebuah faktor yang membuat Singapura berhasil menarik minat wisatawan adalah fokus kebijakan pariwisatanya yang sangat tersegmentasi.

“Wisata sudah masuk ke dalam “minat khusus” sekarang ini, satu di antaranya adalah shopping tourism di mana Singapore sudah mengembangkan retailtainment, yaitu retail kombinasi dengan entertainment sehingga shopping-nya mengasyikkan, shopping-nya ada fun-nya juga ada. Di kita sangat kurang, bahkan tidak menjadi perhatian kita,” jelasnya.

Lebih jauh Azril mencontohkan berbagai pengalaman unik yang bisa dinikmati wisatawan saat datang ke Singapura, seperti musium ice cream atau chocolate workshop.

Sementara Fajar Akbar, seorang pemimpin tur yang sudah berpengalaman memimpin perjalanan ke manca negara, menilai harga tiket penerbangan ke Singapura yang lebih murah dibanding tiket penerbangan domestik, membuat tidak saja warga dunia seperti warga China, tetapi juga warga Indonesia sendiri, lebih memilih terbang ke negeri kota itu dibandingkan ke Jakarta atau Bali.

Fajar Akbar, Profesional Tour Leader. (Foto: pribadi)

Fajar Akbar, Profesional Tour Leader. (Foto: pribadi)

“Kalau bapak melihat salah satu contoh dari Pekanbaru itu ya, ibu-ibu yang sering ke Singapore, karena satu, dari jarak lebih dekat dari Pekanbaru ke Singapore dibandingkan ke Jakarta. Yang kedua soal tiket, Pak! Ini yang masih menjadi masalah di kita, lebih murah tiket ke luar negeri dalam hal ini Singapore dari pada dari Pekanbaru ke Jakarta atau ke Bali. Jadi orang berpikir mendingan saya ke luar negeri,” komentarnya.

Asril Azhar juga menyoroti perluasan program pariwisata secara terus menerus yang dilakukan pemerintah Singapura untuk membuat negara berpenduduk sekitar 5,6 juta jiwa ini tetap menarik. Di Orchard Road sepanjang 2,2 kilometer saja, saat ini terdapat lebih dari 5.000 toko, bar dan restoran yang memberi begitu banyak pilihan untuk para wisatawan.

“Nah, kemudian ada lagi yang dikembangkan oleh mereka itu yang disebut beyond shopping in mall, jadi sesuatu di luarnya. Ada sesuatu yang lebih kalau belanja, marilah belanja di Singapore, tetapi Anda tidak shopping saja ada hal yang lainnya yang dirasakan pengunjung.”

Hal lain itu, tambah Azril, adalah kenyamanan dan keamanan ketika berbelanja, berbagai festival yang menawarkan potongan diskon dan keunikan khusus, dan terjaganya multi-kulturalisme.

Selain harga tiket yang lebih murah, Fajar berpendapat ada nilai lebih yang diperoleh dari pengalaman berkunjung ke Singapura untuk wisatawan Indonesia.

“Sekarang paradigmanya, terutama wisatawan Indonesia jalan-jalan ke luar negeri itu bukan lagi untuk belanja sih pak, tetapi lebih kepada eksistensi. Sekarang ada medsos, jadi mereka pengen upload di medsosnya, terus apa namanya, check in, sedang di sini, sedang di sana. Itu menjadi salah satu alasan orang-orang Indonesia lebih memilih Singapore dari pada Indonesia,” jelas Fajar.

Bromo Festival 2024 di Lautan Pasir Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. (Courtesy Kemenparekraf)

Bromo Festival 2024 di Lautan Pasir Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. (Courtesy Kemenparekraf)

Sementara promosi wisata Indonesia masih memiliki kelemahan, tambahnya. “Promosi ini yang harus lebih digencarkan lagi. Gaya promosi yang lama-lama sudah harus ditinggalkan! Contoh kita (Indonesia.red) sering melakukan promosi kebudayaan ke luar negeri, ke mana-kemana, tetapi sifatnya, ya sudah, mengadakan pertunjukan tari-tarian dalam pameran. Begitu didatangi dan ditanya orang, tidak ada paket wisatanya.”

Ia mencontohkan bagaimana saat promosi kebudayaan atau acara-acara khusus, banyak negara membuat beragam paket wisata yang bahkan bisa langsung dipesan saat itu juga.

Kelemahan lain, kata Fajar, adalah kurangnya memanfaatkan media sosial dan pemengaruh (influencer).

Kemenparekraf Galakkan Pembenahan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan untuk menarik 14,3 juta wisatawan manca negara termasuk 1,5 juta wisatawan asal China, pada tahun 2024 ini. Selain mempersiapkan destinasi pariwisata super prioritas seperti Candi Borobudur di Jawa Tengah, Danau Toba di Sumatera Utara, Pantai Likupang di Sulawesi Utara, Labuan Bajo di NTT, dan Mandalika di NTB; pemerintah juga menggerakkan ribuan obyek wisata lain.

Bentangan Danau Toba di Kabupaten Dairi Sumatera Utara. (Courtesy of Kemenparekraf)

Bentangan Danau Toba di Kabupaten Dairi Sumatera Utara. (Courtesy of Kemenparekraf)

Untuk meningkatkan daya saing di ASEAN, Kemenparekraf menyederhanakan berbagai aturan dan mengurangi pajak hiburan.

Sementara untuk menarik lebih banyak wisatawan China, pemerintah sedang memfinalisasi kebijakan bebas visa, yang diharapkan rampung sebelum akhir tahun ini dan membuat wisatawan China berbondong-bondong datang ke Indonesia. [jm/em]

Source link

Post Comment