Kereta Tanpa Rel dari China, Siap Antar Jemput Peserta Upacara HUT RI di IKN

Dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia pada Sabtu (17/8), Indonesia tidak hanya akan memamerkan rencana ambisius membangun ibu kota baru yang berjarak lebih dari 1.200 kilometer dari Jakarta yang padat, tetapi juga teknologi kereta tanpa rel (otonom/ART) baru yang dibuat oleh China.

Menurut penyelenggara, para tamu yang akan menghadiri perayaan HUT RI di Nusantara, Sabtu (17/8) besok, akan diantar keliling dengan ART, kereta api otonom pertama di Indonesia. Kereta tanpa rel hanyalah salah satu cara Indonesia membangun ibu kota baru yang cerdas dan hijau di Nusantara pada 2045.

“Target kami adalah 80 persen transportasi darat menggunakan transportasi umum untuk mengaktifkan mobilitas masyarakat,” kata Silvia Halim, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otoritas Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kereta tanpa rel juga merupakan pertanda terbaru dari kolaborasi yang makin erat antara Indonesia dan China, mitra dagang terbesar Indonesia dan investor terbesar kedua.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pertama kali mengusulkan penggunaan kereta otonom China di Nusantara saat bertemu dengan Menteri Perhubungan China Li Xiaopeng di Beijing Januari lalu.

Awal bulan ini, Indonesia mulai menguji coba kereta otonom di Ibu Kota Nusantara. Kereta tersebut akan beroperasi untuk uji coba mulai Hari Kemerdekaan hingga 31 Desember 2024, kata para pejabat Indonesia.

Teknisi dari Kementerian Perhubungan tengah memeriksa kesiapan Autonomous Rail Transit (ART). (Courtesy: Kementerian Perhubungan Indonesia)

Teknisi dari Kementerian Perhubungan tengah memeriksa kesiapan Autonomous Rail Transit (ART). (Courtesy: Kementerian Perhubungan Indonesia)

Sistem ART yang dapat berjalan sendiri merupakan gabungan antara bus dan trem tiga atau lima gerbong dan dapat menempuh jarak 25 kilometer setelah pengisian daya selama 10 menit.

Trem sepanjang 32 meter ini menggunakan tenaga listrik dan tidak memiliki kabel listrik aliran atas, rel konvensional, dan masinis. Trem ini bekerja dengan dipandu oleh garis putus-putus di jalan yang dilengkapi dengan sensor, mengikuti rel virtual yang beradaptasi dengan lingkungan sekitar kereta.

Rangkaian kereta di Nusantara dikirim dari Qingdao, China, pada Juli dan akan melintasi rute sepanjang tujuh kilometer dengan kecepatan maksimum 40-70 kilometer/jam. Trem ini dapat mengangkut hingga 250 penumpang.

Selama uji coba di Nusantara, Presiden Joko Widodo membandingkan sistem ART dan biaya yang terus meningkat untuk sistem Mass Rapid Transit dan Light Rail Transit, dan mengatakan dalam rapat gubernur, wali kota, dan bupati bahwa ART lebih murah dan biayanya sekitar $4,7 juta atau setara 73,77 miliar rupiah per unit yang terdiri dari tiga gerbong.

Indonesia mengandalkan China untuk kereta api berkecepatan tinggi pertamanya, menggantikan beberapa kereta komuter dan sekarang sistem ART. Penggunaan kereta otonom juga sejalan dengan rencana Indonesia untuk menjadikan Nusantara sebagai kota pintar dan hijau.

Menteri Perhubungan Budi mengatakan bahwa di masa mendatang rangkaian kereta otonom akan terus beroperasi di Nusantara. Namun, pengoperasiannya akan menggunakan skema yang disebut buy the service (BTS). Ia juga mengundang sektor swasta untuk terlibat dalam proyek di Nusantara dengan membeli kereta dari China dan mengizinkan pemerintah untuk menjalankan layanan tersebut.

Budi mengatakan bahwa pembangunan sistem kereta tanpa rel di Nusantara sebagian merupakan tempat uji coba untuk diperluas penggunaannya di seluruh negeri. Hal ini juga sejalan, katanya, dengan harapan pemerintah Indonesia untuk membangun sistem transportasi yang efisien dan mengurangi emisi pada 2045.

Petugas tengah memeriksa kesiapan Angkutan Kereta Api Otonom (ART) sebelum diuji coba oleh teknisi Kementerian Perhubungan. (Courtesy: Kementerian Perhubungan Indonesia)

Petugas tengah memeriksa kesiapan Angkutan Kereta Api Otonom (ART) sebelum diuji coba oleh teknisi Kementerian Perhubungan. (Courtesy: Kementerian Perhubungan Indonesia)

Namun, Djoko Setijowarno, analis transportasi, mengatakan kepada VOA, bahwa mereplikasi sistem kereta tanpa rel di kota-kota lain bisa jadi tantangan. Pemerintah perlu memutuskan apakah ART diatur sebagai kendaraan jalan raya atau sebagai kereta api. Ia menambahkan bahwa pihak berwenang juga harus mempelajari bagaimana perilaku sosial di jalan memengaruhi penggunaan ART yang aman, khususnya di daerah yang padat lalu lintas.

“Masih banyak kota di Indonesia yang belum memiliki sistem transportasi umum yang baik. Banyak orang harus bergantung pada kendaraan pribadi untuk pergi ke mana-mana. Saya pikir kita seharusnya tidak membebani anggaran negara dengan pengadaan kendaraan angkutan rel otonom yang mewah dan mahal terlebih dahulu, tetapi membangun sistem Bus Rapid Transit yang lebih terjangkau bagi pemerintah daerah,” kata Djoko kepada VOA dalam wawancara daring.

Kereta tanpa rel bukanlah satu-satunya cara China berpartisipasi dalam rencana Indonesia untuk ibu kota masa depannya.

Sejak 2023, Kota Shenzen telah terlibat dalam perencanaan desain dengan Otoritas Ibu Kota Nusantara. Menurut Basuki Hadimuljono, penjabat kepala Badan Otorita IKN, China juga berencana untuk terus berinvestasi dalam pembangunan perumahan, hotel, dan gedung perkantoran di IKN. [es/ft]

Source link