Bangga Menjadi Indonesia – Nusantara news

Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH.MH.,M.Kn

 

Indonesia dikenal sebagai bangsa dengan keanekaragaman alam dan budaya yang mengagumkan. Setiap sudut tanah air memiliki adat istiadat dan budaya yang tada bandingannya. Kita memiliki sejarah yang teramat panjang dan kehidupan yang majemuk. Suku bangsa yang berjumlah ribuan itu mampu hidup berdampingan dengan penuh kedamaian. Perbedaan kondisi alam bukan merupakan penghalang untuk merajut persatuan itulah kekayaan bangsa yang menjadi kebanggaan nasional kita.

Bangsa-bangsa di dunia sangat kagum dengan kepribadian bangsa Indonesia. Mereka rela menempuh perjalanan panjang dengan biaya yang tidak sedikit untuk bisa melihat dan menikmati keindahan alam dan budaya Indonesia. Namun, kita sendiri kadang-kadang tidak peduli dengan keanekaragaman yang menjadi kebanggaan bangsa ini. Kita acuh dengan kekayaan alam dan budaya yang kita miliki Akankah kita menjadi asing dengan kepribadian bangsa sendin?

Mari kita buka kembali catatan perjalanan bangsa Indonesia sejak berabad silam hingga hari ini. Kita akan menemukan puncak puncak kebudayaan nasional yang sangat membanggakan. Apabila kita amati dengan saksama, kita akan bersyukur kepada Tuhan bahwa bangsa Indonesia telah dianugerah alam dan budaya yang begitu lengkap dan sempurna. Di tangan kitalah masa depan kekayaan dan kebanggaan bangsa disematkan.

Indonesia lahir atas perjuangan keringat dan darah dari para pejuang sejati tokoh – tokoh Nusantara untuk melepaskan diri dari Bangsa penjajah, perjuangan yang mengorbankan jiwa dan raga tentu dipersembahkan untuk para generasi penerus Bangsa besar ini.

Jelas dan terang Indonesia sebelum merdeka hampir disemua wilayahnya banyak berdiri kerajaan – kerajaan baik yang besar dan kecil dibuktikan dengan peninggalan candi – candi ataupun batu bertulis dan kitab – kitab serat lainnya.

Para pendiri Bangsa ini telah membuat landasan dan pondasi Bangsa Indonesia yang cukup kuat yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika yang harus senantiasa dipelajari dan di perkuat lewat dunia pendidikan maupun lembaga Perintah Indonesia.

Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, bahasa serta kaya tentang budaya yang juga harus senantiasa di ajarkan secara terus menerus untuk membentengi Bangsa ini dari pengaruh budaya luar baik dibidang seni, pendidikan maupun budaya.

Belakangan ini banyak muncul tentang isu – isu dan perdebatan dikalangan masyarakat tentang masalah agama dan para turunan dari Nabi Muhammad sehingga menimbulkan kegaduhan publik yang mana seharusnya tidak perlu terjadi karena hal ini dapat menjadi preseden buruk pada tatanan kehidupan Berbangsa dan bernegara.

Karena jelas dan terang berdasarkan sejarah ada dua wangsa besar di Nusantara yang hingga saat ini masih terus digali keberadaan dan kebenaran nya yaitu kerajaan Majapahit dan Pajajaran di pulau Jawa.

Dua kerajaan besar tersebut adalah kerajaan yang melahirkan kerajaan – kerajaan Islam di Nusantara seperti kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Demak, Kerajaan Cirebon dan kerajaan Islam lainnya, dan semua kerajaan ini adalah Bangsa Nusantara yang tidak ada kaitan dengan Bangsa lain.

Indonesia di Masa Kerajaan

Kerajaan Kutai ( Kutai Martadipura )

Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua yang berdiri sekitar abad ke 4 M, di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini di bangun oleh Kudungga.

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan ini berdiri pada tahun 358 M, di dirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman di Jawa Barat dan pusat kerajaannya di Bekasi.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan yang menganut agama Budha ini berdiri pada abad ke 7 di Sumatra dan pusat kerajaannya di Palembang. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu.

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini menurut Prasasti Canggal berdiri pada tahun 732 M. Terletak di desa Canggal ( sebelah barat Magelang ) Jawa Tengah. Raja pertama adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri wangsa ( dinasti ) Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno ini juga sering di sebut Kerajaan Medang. Tercatat terdapat 3 wangsa yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Wangsa Sanjaya ( Hindu ), Wangsa Syailendra ( pengikut agama Budha ). Dimasa ini agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno, yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian Utara dan yang Budha tinggal di Jawa Tengah bagian Selatan. Dan Wangsa yang ketiga yaitu wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok.

Banyak peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, salah satunya adalah Candi Borobudur. Menurut sejarawan J.G. de Casparis, ia menemukan bukti dari sebuah Prasasti Karang Tengah dan Kahuluan, bahwa Candi Borobudur ini di dirikan oleh Raja Samaratungga sekitar tahun 824 M. Dia adalah Raja Mataram Kuno dari Wangsa Syailendra ( Pengikut Budha ).

Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari berada di Jawa Timur, didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Pusat kerajaan berada di daerah Singosari, Malang, Jawa Timur. Pada tahun 1268, Kertanegara naik tahta menjadi Raja Singosari menggantikan Ranggawuni, ia menjadi raja terakhir dan yang membuat Singosari berjaya. Ia memiliki cita-cita ingin menyatukan Nusantara. Namun pada tahun 1292 ia di bunuh oleh Jayakatwang, dan berakhirlah Kerajaan Singosari.

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tanggal 15 bulan Kartika 1215 atau 10 November 1293 M, berada di Jawa Timur dan Ibu Kotanya di desa Trowulan, Mojokerto.Raden Wijaya adalah pendiri sekaligus raja pertama Majapahit yang di beri gelar Kertarajasa Jayawardhana. Ia melakukan konsolidasi dan memperkuat pemerintahan karena kerajaan ini merupakan transisi kerajaan sebelumnya yaitu Singosari.

Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa Raja Hayam Wuruk yang bergelar Rajasa Negara yang di bantu oleh patihnya yaitu Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya. Majapahit menjadi lebih besar dan terkenal di Nusantara serta menguasai lebih banyak wilayah di antaranya : Surabaya, Maluku, Papua, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Tonase ( Singapura ), sebagian Kepulauan Philipina dan berhasil menaklukan Kerajaan Sriwijaya Palembang. Prabu Brawijaya V / Kertabhumi adalah raja terakhir Majapahit, ia memiliki anak 117 orang putra putri dari beberapa istri dan selir. Majapahit bubar akibat perang saudara yang di kenal dengan Perang Paregreg. Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 M – 1500 M.

Kerajaan Islam Demak

Pada awalnya Demak di kenal dengan nama Glagah Wangi. Demak juga di kenal dengan sebutan Bintoro. Demak merupakan salah satu Kadipaten Majapahit. Setelah Majapahit runtuh tahun 1500 M, Raden Patah mendirikan Kesultanan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al Fatah ( 1500 M – 1518 M ). Pada tahun 1518 Raden Patah wafat dan di gantikan anaknya yang bernama M. Yunus / Pati Unus yang mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor. Pati Unus hanya memerintah selama 3 tahun. Ia wafat dalam usia muda dan belum punya anak, maka ia di gantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggono ( 1521 – 1546 M ).

Di bawah kepemimpinannya, Demak mencapai puncak kejayaannya. Pada waktu Portugis mulai memperluas pengaruhnya ke Jawa Barat dan akan mendirikan benteng serta kantor di Sunda Kelapa yang di dukung oleh Pajajaran, maka Sultan Trenggono mengirim pasukan dari Demak yang dipimpin oleh Fatahillah, dan Ia berhasil menduduki Banten dan Cirebon serta mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527 M. Sejak itu Sunda Kelapa di rubah namanya oleh Fatahillah menjadi Jayakarta ( Jaya = kemenangan, Karta = Sempurna ). Jayakarta : kemenangan yang sempurna.

Sultan Trenggono wafat pada tahun 1546 dan setelah wafatnya, terjadi perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan dan akhirnya kemenangan ada pada Joko Tingkir kemudian dia naik tahta dengan gelar Sultan Hadiwijaya dan pusat pemerintahannya di pindah dari Demak ke Pajang ( Surakarta ).

Kerajaan Pajang

Kesultanan Pajang berada di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kesultanan Demak dan Istana kesultanannya berada di Pajang ( Surakarta ). Pendiri dan raja pertama adalah Joko Tingkir yang mempunyai nama asli Mas Karèbèt. Pangeran Benawa adalah generasi raja ketiga dan raja terakhir di Pajang, dia adalah anak Sultan Hadiwijaya ia bergelar Sultan Prabu Wijaya dan wafat pada tahun 1586 dan wafatnya Prabu Wijaya merupakan akhir dari Kerajaan Pajang.

Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berada di Tanah Jawa. Kerajaan ini merupakan kerajaan lanjutan dari Kerajaan Pajang. Sejak tahun 1586 pusat pemerintahan dipindahkan dari Pajang ke Mataram oleh Sutawijaya. Sutawijaya naik tahta Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama ( 1586 – 1601 ).

Mataram mencapai puncak kejayaannya pada masa Raden Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati Ing Alaga Ngabdurahman ( 1613 – 1645 ), wilayah kekuasaannya mencakup Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagian Jawa Timur seperti Tuban, Surabaya dan Madura. Sultan Agung tidak hanya melakukan penaklukan wilayah, tapi juga gigih melawan VOC. Beliau wafat tahun 1645 dan di makamkan di Imogiri, dan Ia di gantikan putranya bernama Raden Mas Sayidin yang bergelar Amangkurat I .

Pada masa ini Belanda mulai masuk ke wilayah Mataram dan Amangkurat I menjalin hubungan baik terhadap Belanda, serta berlaku sewenang – wenang sehingga menimbulkan banyak pemberontakan yang akhirnya Amangkurat I tewas tahun 1677 dan Ia di gantikan anaknya yang bernama Raden Mas Rahmat ( Amangkurat II ).

Pada masa ini Mataram semakin sempit karena wilayah kekuasaanya di ambil oleh VOC. Kemudian Ibukota kerajaan di pindah ke Kartosuro oleh Amangkurat II. Setelah Amangkurat II meninggal tahun 1703, Ia diganti oleh Amangkurat III ( R. Mas Sutikna ).

Karena banyak persoalan membuat ia mengungsi dan selanjutnya Raja Mataram di pegang oleh Pangeran Puger yang nama kecilnya R. Mas Derajat ( anak Amangkurat I ) dan bergelar Pakubuwono I, dan ia meninggal tahun 1719 . Ia di gantikan putranya R. Mas Suryaputra yang bergelar Amangkurat IV. Raja ini hanya berkuasa selama 7 tahun, pada tahun 1726 ia meninggal dan ia di gantikan putranya  Raden Mas Prabasuyasa yang bergelar Pakubuwono II, dan ini merupakan raja terakhir dari Kasunanan Kartosuro.

Ia membangun istana baru di desa Sala bernama Kasunanan Surakarta dan menjadi raja pertama Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1749 Pakubuwono II meninggal dan di gantikan putranya yang bernama Raden Mas Suryadi dengan gelar Pakubuwono III.

Persengkataan antara Pakubuwono III dan Mangkubumi membuahkan Perjanjian Giyanti yang ditanda tangani bersama pada 13 Februari 1755. Melalui perjanjian ini Kerajaan Mataram di pecah menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dan batas wilayahnya adalah Kali Opak ( ke timur wilayah Surakarta dan ke Barat wilayah Yogyakarta ).

Kasunanan Surakarta di pimpin oleh Pakubuwono III ( Raden Mas Suryadi ). Kasultanan Yogyakarta, Mangkubumi sebagai rajanya yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I.  Setiap raja Kasunanan Surakarta bergelar Sunan, sedangkan Raja Kasultanan Yogyakarta bergelar Sultan. Dengan riwayat ini Kerajaan Mataram Islam baik secara de facto maupun de jure telah berakhir.

Sebagai generasi yang datang kemudian, kita harus mencatat semua peristiwa di masa lalu yang telah mempermudah kita menjadi Indonesia, bukan malah melupakan atau bahkan mencoretnya dari buku sejarah. Jadi tidak ada hubungan Nusantara dengan klan Arab atau Yaman.

*) Akademisi, Praktisi Hukum

 



Source link